
MunaBarat,MT-Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik dan Persandian (Diskominfo-SP) Kabupaten Muna Barat (Mubar) Al Rahman, S.Pd., M.Si. akhirnya meluruskan insiden yang berbau kekerasan di lingkungan Rumah Sakit Daerah (RSUD) Kabupaten Mubar pada Sabtu, (21/6), 2025, lalu. Setelah viral di banyak media social, yang diikuti dengan pemberitaan media online dan elektronik di seantero jagat, yang cenderung merugikan manajemen pelayanan RSUD setempat, Rahman angkat bicara.
Dalam kapasitasnya sebagai kepala dinas, Al Rahman menyampaikan kronologis kejadan sedetail mungkin. Setelah pihaknya melakukan verifikasi masalah di internal RSUD Mubar dia menyampaikan bahwa, pada dasarnya insiden tersebut, diawali kesalapahaman terhadap Standar Operasional Prosedur (SOP) RUSUD Mubar yang menjadi pegangan kerja tenaga medis.
Kepada wartawan Rahman menjelaskan, kejadian bermula saat Ny Andriani (52 tahun) datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUD Muna Barat pada Sabtu, (21/6), sekira pukul 12.30 WITA, dalam kondisi pasca-kecelakaan lalu lintas. Begitu tiba, pasien langsung mendapatkan pemeriksaan awal oleh tenaga medis.
Menurut hasil anamnesis dan pemeriksaan medis, pasien datang dalam kondisi sadar penuh dan kooperatif. Keluhan yang disampaikan berupa nyeri pada kepala dan tangan, pusing, namun tidak mengalami mual, muntah, pingsan, maupun pandangan kabur. pemeriksaan vital sign menunjukkan bahwa hasil identivikasi pasien memiliki tekanan darah (TD): 130/77 mmHg, Nadi (N): 120 x/menit, Pernapasan (P): 20 x/menit dan Suhu tubuh (S): 36,5°C. Dari angka angka hasil diagnosa tersebut, pasien dinyatakan dalam kondisi stabil, tidak kritis, meski ditemukan luka robek di regio frontal (dahi) yang telah dijahit sebelumnya.
Selanjutnya, tim medis melakukan pemeriksaan laboratorium lengkap dan memberikan terapi awal pada pukul 12.45 WITA, yang meliputi Infus Ringer Laktat, Oksigen 3 liter per menit, Ranitidine 1 ampul, Ketorolac 1 ampul, Asam Traneksamat 1 ampul, Citikolin 1 ampul. Dengan demikian tindakan pelayanan medis suda sesuai SOP.
Setelah tindakan awal tersebut di atas pasien segera disiapkan untuk dirujuk ke fasilitas dengan kapasitas yang lebih lengkap, yakni ke RS Hermina dan RS Bahtermas Kendari. Hanya saja saat proses penyiapan ambulans, terjadi insiden yang tidak diinginkan terjadi. ‘’Mengenai tuduhan bahwa pelayanan lambat dan ambulans tidak memiliki bensin adalah informasi yang tidak benar,” tegas Kadis Kominfo. Ia menjelaskan bahwa ambulans sedang disiapkan oleh petugas, namun terjadi kesalahpahaman di pihak keluarga pasien yang tersulut emosi dan kurang memahami alur penanganan medis.
Akibat dari aksi anarkis tersebut, seluruh tenaga medis dan dokter yang bertugas terpaksa meninggalkan lokasi untuk keselamatan diri lantaran pihak keluarga sudah melakukan tindakan anarkis dengan mengobrak abrik meja kerja dan kursi petugas medias dalam kantor.. Namun demikian, lanjut Rahman, pihak RSUD tetap melanjutkan evakuasi pasien ke Kendari menggunakan ambulans melalui jalur pelabuhan Tondasi–Torobulu.
Atas insiden tersebut kiranya dijadikan pengalaman sehingga tidak terulang kembali, sebab setiap lembaga pemerintahan memiliki SOP kerja yang terukur. Untuk itu dirinya menghimbau masyarakat agar lebih bijak menyikapi informasi di media sosial dan menghindari tindakan main hakim sendiri dan percayakan pasian pada pihak RSUD, karna semua petugas medis bekerja secara professional sesuai tugas dan tanggungjawab masing masing.
‘’Mari kita hargai dan lindungi tenaga kesehatan, kita yang selama ini bekerja dengan penuh dedikasi. Tindakan kekerasan dan pengrusakan tidak hanya melanggar hukum tapi juga mencederai nilai kemanusiaan,” ujar Al Rahman mengingatkan.(MAN)